Khutbah Pertama
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala .. !
Kebanyakan manusia hanya mengenal nilai dari benda-benda dunia ini saja, dan tidak mereka mengenal tentang nilai kehidupan akhirat disebabkan dalam pandangan mata mereka kenikmatan dunia ini adalah sesuatu yang begitu menakjubkan dan mempesona, dan ditambah kondisi ini dengan bertumpuknya kebodohan dalam diri mereka terhadap agama Allah Ta’ala, sehingga perhatian terhadap kehidupan akhirat menjadi sesuatu yang remeh dan mereka abaikan, bahkan mungkin tidak ada keimanan sebagian mereka terhadap kehidupan akhirat. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :
أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ ٢
“Memperbanyak harta dan kemegahan dunia telah melalaikan kalian (dari mentaati Allah) Sampai kalian masuk ke dalam kubur”
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala !
Boleh jadi seseorang didunia ini berpendapat : “Tidak perlu sibuk-sibuk beramal shalih !” atau ia mengatakan ” Urusan akhirat nanti pula dipikirkan, yang penting dunia dulu ” sehingga iapun mengabaikan kewajiban ibadah yang Allah bebankan atas dirinya. Karena itu ketahuilah, bahwa nilai sebuah amal shalih dan ketaatan yang ia remehkan tersebut akan ia ketahui nanti harganya ketika ia telah berada di akhirat. Akan tetapi ketika itu, hal tersebut adalah pengetahuan yang tidak lagi bermanfaat, karena akhirat bukanlah negeri amal, tetapi negeri menerima balasan amal.
Apalah gunanya diberikan kepada orang yang sedang sakratul maut makanan dan minuman yang enak, karena dalam kondisi itu bukan itu yang ia butuhkan, sebagaimana apa gunanya emas dan perak bagi orang yang sedang tenggelam, karena dalam kondisi itu bukan emas dan perak itu yang ia butuhkan. Nilai sesuatu itu akan diketahui ketika kita membutuhkan sesuatu itu, sebagaimana pepatah Arab mengatakan :
قِيْمَةُ شَيْءٍ هِيَ قِيْمَةُ الْحَاجَةُ إِلَيْهِ, فَتُرَابُ شِبْرٍ مِنَ السَّاحِلِ هُوَ فِيْ نَظَرِ الْغَرِيْقِ أَثْمَنُ مِنْ كُلِّ ذَهَبِ اْلأَرْضِ
“Nilai sesuatu itu tergantung nilai kebutuhan kepadanya, karena itu sejengkal tanah di tepi pantai lebih berharga dalam pandangan mata orang yang tenggelam di lautan dari pada seluruh emas di permukaan bumi ini”
Demikian pula, seseorang akan mengetahui nilai tauhid dan amal shaleh yang ia abaikan dan remehkan selama di dunia ketika ia telah berada di akhirat, yakni dimulai dari kehidupan alam kubur dan sampai ia meniti shirath yaitu jembatan yang membentang di atas jahannam yang lebih halus dari pada rambut dan yang lebih tajam dari pada pedang dimana ia hanya melihat api yang mengepungnya, maka ketika itulah seseorang mengetahui nilai keimanan dan amal shalih, dan itulah saat ia begitu merasakan manfaat keimanan dan amal shalih jika ia adalah orang yang beriman dan beramal shalih ketika didunia, sebagaimana itulah saat yang menjadi penyesalan dan kesengsaraan bagi orang-orang yang meninggalkan dan meremehkan keimanan dan amal shalih selama didunia.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala .. !
Ketahuilah, bahwa kesesatan di dunia ini yang ia merupakan hasil dari sikap berpaling dari mempelajari Islam, tidak mau mempelajari agama dan tidak beramal dengannya dipastikan akan berbuah kesengsaraan di akhirat nanti.
Sebagaimana hidayah di dunia ini yang merupakan hasil dari kesungguhan mempelajari agama Islam dan beramal dengannya juga dipastikan akan berbuah kebahagiaan di akhirat nanti. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :
فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ
“Siapa saja yang mengikuti petunjukku (yakni Al Qur’an) maka tidak ia akan sesat dan tidak ia akan sengsara” (Surat Tho Ha :123)
Dalam ayat yang mulia ini terdapat penjelasan bahwa orang yang mempelajari Kitabullah dan beramal dengannya maka ia berada diatas Hidayah (petunjuk) yang berbuah Sa’aadah (kebahagiaan) dan selamat dari Dholalah (kesesatan) yang berbuah Syaqawah (kesengsaraan) sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika menafsirkan ayat diatas :
ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنِ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لَا يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا وَلَا يَشْقَى فِي الْآخِرَةِ
“Allah menjamin siapa saja yang mengikuti Al Qur’an bahwa ia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat”
Sebaliknya Allah Ta’ala juga menyebutkan dalam ayat yang lain sebab kesesatan dan masuknya manusia itu ke dalam neraka, yakni ketika mereka berpaling dan tidak mau mempelajari ilmu agama ini, dimana tentu saja hal ini berarti bahwa mereka juga mesti berpaling dari beramal shalih, karena tidak mungkin untuk beramal shalih kecuali mesti diawali dengan ilmu dulu. Allah Ta’ala berfirman menyebutkan penyesalan penduduk neraka :
وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ
Mereka (penduduk neraka) berkata : “Seandainya dahulu di dunia kami mau mendengarkan (nasehat dan kajian ilmu) serta mau menggunakan akal kami (untuk mengkaji kebenaran) tentulah kami tidak akan menjadi penghuni neraka sa’ir”
[Surat Al Mulk :10]
Dengan demikian, wajib bagi kita semua wahai kaum muslimin untuk mempelajari agama Allah Ta’ala ini dan beramal dengannya sebelum datang saatnya tidak mungkin lagi bagi seseorang untuk mempelajarinya dan mengamalkannya walaupun ia sangat ingin untuk itu, yakni saat ia hanya bisa berkata di dalam kubur :
رَبَّنَآ أَبۡصَرۡنَا وَسَمِعۡنَا فَٱرۡجِعۡنَا نَعۡمَلۡ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Wahai Rabb-kami sungguh kami telah melihat dan mendengar (azab pada hari ini), maka kembalikanlah kami kedunia. Niscaya kami akan beramal shalih, sesungguhnya sekarang kami telah yakin sekali (tentang kehidupan akhirat)”
[Surat As Sajadah :12]
فَاعْتَبِرُوْا يَا أُوْلِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ .. !
Khutbah Kedua
Kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala !
Sesungguhnya hidayah dan kebahagiaan itu tidak akan didapat jika tidak ada usaha dari diri seseorang untuk mencarinya dan menggapainya. Maka diantara usaha tersebut adalah dengan mempelajari ilmu agama ini, dimana ketika seseorang mempelajari ilmu agama maka Allah akan bukakan hidayah untuknya sehingga lembutlah hatinya dan mudah menerima kebenaran. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa menuntut ilmu agama adalah jalan termudah menuju syurga :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh satu jalan untuk mencari ilmu agama maka Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga” [Sunan At Tirmidzi dan selainnya]
Yakni, dengan ilmu agama ia mengetahui mana kebenaran dan kebaikan yang mesti ia amalkan dan mesti ia berjalan diatasnya, dan mana kebathilan dan kemunkaran yang mesti ia jauhi dan mesti ia tinggalkan.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang Allah kehendaki untuk kita hidayah dan kebaikan.