Istighotsah adalah berdoa meminta perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lain yaitu meminta perubahan dari kesempitan, dari kesusahan, kesulitan, dari penderitaan kepada kelapangan, kemudahan dan semisalnya.
Istighotsah berbeda dengan doa dari sebagian sisi saja. Yang mana tidak akan dinamakan orang yang meminta pertolongan dengan istilah istighotsah kecuali pada saat ia meminta pertolongan dalam kondisi genting, terjepit, yang mana tidak ada jalan keluar kecuali dia harus meminta kepada Allah Ta’ala. Adapun istilah berdoa adalah istilah yang digunakan pada saat terjepit atau pun dalam kondisi lapang, senang.
Oleh karena itu, istighotsah merupakan bentuk ibadah karena dalam istighotsah mengandung permintaan, permohonan, penghambaan diri, yang mana hal itu hanya berhak diberikan kepada Allah Ta’ala semata. Dan tidak boleh diberikan kepada selain Allah Ta’ala.
Apa hukum memalingkan istighotsah ini kepada selain Allah?
Sebelum kita menjelaskan hukum istighotsah kepada selain Allah, maka yang harus kita tanamkan dalam diri kita, bahwa sesembahan-sesembahan selain Allah, seperti kuburan-kuburan yang dianggap wali, pohon-pohon yang dikeramatkan yang dianggap, disangka dapat mendatangkan manfaat dan menghilangkan bahaya, yang dianggap dapat melancarkan rizki dan menolak bahaya, harus dia tinggalkan dan dia harus berlepas diri dari keyakinan semacam ini.
Selama dia masih menyakini ada sesembahan-sesembahan selain Allah, masih menyakini ada kuburan yang dianggap wali yang disangka dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya maka tidak akan pernah tumbuh benih-benih tauhid dalam hati seseorang.
Allah Ta’ala Bergirman:
وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذٗا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan jangan lah engkau berdoa kepada selain Allah, apa yang dia tidak mampu memberikan manfaat kepadamu dan tidak (pula) mampu memberi bencana kepadamu, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zhalim.”
-Surat Yunus, Ayat 106
وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرّٖ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدۡكَ بِخَيۡرٖ فَلَا رَآدَّ لِفَضۡلِهِۦۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.
-Surat Yunus, Ayat 107
Allah Ta’ala dalam ayat ini, ingin menghilangkan akar dari keyakinan yang menyimpang, akar dari kesesatan yaitu keyakinan bahwa ada sesembahan-sesembahan selain Allah yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Allah Ta’ala ingin menghapuskan keyakinan ini dalam hati setiap orang.
Dan tidak akan pernah tegak keislaman dalam jiwa seseorang selama dia masih menyakini ada sesembahan selain Allah, kuburan wali yang dianggap dapat menolak balak, yang dianggap dapat melancarkan rizki, yang dianggap dapat mengangkat penderitaan dan semisalnya. Selama keyakinan seperti ini masih tumbuh dalam hati seseorang maka tidak akan pernah tegak keislaman dalam jiwa seseorang. Hakikatnya dia masih menduakan Allah dalam masalah kekhususan-kekhususan Allah Ta’ala yang mana kekhususan itu tidak ada yang memilikinya kecuali Allah Ta’ala.
Dan Allah Ta’ala juga Berfirman:
إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
-Surat Al-Ankabut, Ayat 17
وَٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةٗ لَّا يَخۡلُقُونَ شَيۡـٔٗا وَهُمۡ يُخۡلَقُونَ وَلَا يَمۡلِكُونَ لِأَنفُسِهِمۡ ضَرّٗا وَلَا نَفۡعٗا وَلَا يَمۡلِكُونَ مَوۡتٗا وَلَا حَيَوٰةٗ وَلَا نُشُورٗا
Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Dia (untuk disembah), padahal mereka (tuhan-tuhan itu) tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat (mendatangkan) manfaat serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.
-Surat Al-Furqan, Ayat 3
Allah Ta’ala dalam ayat diatas, menyingkap hakikat sesembahan selain Allah, dengan menjelaskan dari berbagai macam sisi kelemahan sesembahan selain Allah. Sehingga mereka tidak berhak untuk dimintai pertolongan dan menjadi sandaran hidup.
Sisi kelemahan sesembahan selain Allah;
- Tidak dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
- Tidak dapat mendatangkan rizki.
- Tidak dapat menciptakan, bahkan mereka diciptakan.
- Tidak dapat menghidupkan dan mematikan.
- Tidak dapat membangkitkan.
Semua ini tidak mampu dilakukan oleh sesembahan selain Allah. Hanya Allah Ta’ala yang mampu melakukannya dan ini lah kekhususan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala Berfirman:
وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآئِهِمۡ غَٰفِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
-Surat Al-Ahqaf, Ayat 5
وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya.
-Surat Al-Ahqaf, Ayat 6
Dan Allah menjelaskan bahwa dirinya yang dapat mengabulkan doa bagi yang mau berdoa dalam keadaan terjepit dan Allah Ta’ala yang menghilangkan kesusahan.
Dan Allah Ta’ala Berfirman;
أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ
Bukankah Dia (Allah) yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.
-Surat An-Naml, Ayat 62
Dan siapa yang menyangka, atau menyakini ada yang dapat menghilangkan kesulitan dan kesempitan, penderitaan selain Allah maka dia telah menyekutukan Allah Ta’ala bersama yang lainnya.
قال ابن القيم رحمه الله: ومن أنواعه –يعني: من أنواع الشرك– طلب الحوائج من الموتى، والاستغاثة بهم، والتوجه إليهم، وهذا أصل شرك العالم، فهم يزعمون أن هؤلاء الموتى يملكون قضاء الحوائج، مع أن الله عز وجل قد قطع عنهم ما كان من أمر الدنيا، فصاروا لا يعرفون شيئاً من أمور الدنيا إلا ما يبلغهم الله سبحانه وتعالى من شيء
Ibnul Qoyyim rahimaullah mengatakan; diantara macam-macam kesyirikan adalah meminta kebutuhan dari oraang mati, dan meminta pertolongan kepada mereka, dan menghadapkan harapan kepada mereka dan ini merupakan pokok kesyirikan, dan mereka mengira bahwa orang mati memiliki kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan, padahal Allah Ta’ala telah memutuskan perkara dunia dari mereka, maka menjadilah mereka tidak mengetahui tentang perkara dunia, kecuali yang Allah sampaikan kepada mereka dari suatu perkara.
Kitab Fathul Majid
Oleh : Ustadz Ade Vico (Alumni STDI Jember)