لَا تَصِحُّ الْمَحَبَّةُ إِلَّا بِالْمُعَادَاةِ
“TIDAK SAH KECINTAAN KECUALI DENGAN PERMUSUHAN”
Ini adalah diantara kaedah quraniyyah yang menjadi barometer kebenaran klaim seseorang dalam aqidah dan manhaj.
Siapa yang mengklaim sebagai ahlut tauhid namun menjalin hubungan mesra dengan ahlus syirik maka jelas bagi kita kedustaannya sebagaimana jelas bagi kita kedustaan orang yang mengklaim sebagai ahlussunnah namun dia malah mencintai ahlul bid’ah karena “TIDAK SAH KECINTAAN KECUALI DENGAN PERMUSUHAN”.
Mesti bagi seorang ahlut tauhid untuk memusuhi syirik dan ahlusy syirik sebagaimana mesti bagi ahlus sunnah untuk memusuhi bid’ah dan ahli bid’ah serta tidak menjalin hubungan dekat dengan mereka.
Jangan percaya kepada orang yang engkau lihat ia mengkaji kitabut tauhid dan mengajarkannya tapi ia begitu mesranya dengan para penyembah kubur atau pelaku kesyirikan..
Bahkan jangan engkau katakan si fulan adalah da’i sunnah hanya karena ia mengajarkan shahih bukhari dan muslim dan kitab ulama sunnah namun engkau dapati ia begitu mesranya dengan ahlul bid’ah (semisal ikhwani dan yang lainnya).
Seandainyalah jujur kecintaannya kepada sunnah, maka mestilah ia memusuhi bid’ah dan para musuhnya sunnah karena kaedah mengatakan :
لَا تَصِحُّ الْمَحَبَّةُ إِلَّا بِالْمُعَادَاةِ
“TIDAK SAH KECINTAAN KECUALI DENGAN PERMUSUHAN”
Bagaimana mungkin engkau dikatakan mencintai bapakmu sementara engkau berkasih sayang dengan orang yang menghina dan memusuhi bapakmu??!!
Bagaimana engkau dikatakan mencintai agama Allah ini namun engkau berkasih sayang dengan para musuh agama Allah…??!
Tidak diterima alasan seseorang yang berkata :
“Saya hanya zhahirnya mencintainya, sebenarnya hati saya membencinya”
Jawab :
Sesungguhnya Al Wala’ wal Bara’ adalah perkara yang wajib ditampakkan pada zhahirnya..bukan sesuatu yang hanya disembunyikan dalam batin.
Tidak kah engkau membaca bagaimana perkataan Imamnya orang-orang yang Hanif dan para pecinta ar Rahman yakni Ibrahim Khalilullah ‘alaihis salam didalam al Qur’an ketika memproklamirkan permusuhan secara terang-terangan terhadap setiap musuh agama tauhid ini? :
(قَالَ أَفَرَءَیۡتُم مَّا كُنتُمۡ تَعۡبُدُونَ أَنتُمۡ وَءَابَاۤؤُكُمُ ٱلۡأَقۡدَمُونَ فَإِنَّهُمۡ عَدُوࣱّ لِّیۤ إِلَّا رَبَّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ)
Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah ?
kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu?
Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu semuanya adalah musuhku !! Selain Rabb semesta alam,
——————–
Asy Syu’ara 75-77
Dan TIDAK AKAN PERNAH ADA PERDAMAIAN antara ahlut tauhid dengan ahlusy syirik, ahlus sunnah dengan ahli bid’ah.
(قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةࣱ فِیۤ إِبۡرَ ٰهِیمَ وَٱلَّذِینَ مَعَهُۥۤ إِذۡ قَالُوا۟ لِقَوۡمِهِمۡ إِنَّا بُرَءَ ٰۤ ؤُا۟ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَیۡنَنَا وَبَیۡنَكُمُ ٱلۡعَدَ ٰوَةُ وَٱلۡبَغۡضَاۤءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُۥۤ …)
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,”
—————–
[Surat Al-Mumtahanah 4]
Bahkan meskipun para musuh agama Allah ini adalah orang yang paling dekat dan paling berjasa kepadamu
(لَّا تَجِدُ قَوۡمࣰا یُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ یُوَاۤدُّونَ مَنۡ حَاۤدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوۤا۟ ءَابَاۤءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَاۤءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَ ٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِیرَتَهُمۡۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ كَتَبَ فِی قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِیمَـٰنَ وَأَیَّدَهُم بِرُوحࣲ مِّنۡهُۖ وَیُدۡخِلُهُمۡ جَنَّـٰتࣲ تَجۡرِی مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِینَ فِیهَاۚ رَضِیَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوا۟ عَنۡهُۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَاۤ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)
Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat; saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.
—————
[Surat Al-Mujadilah 22]
Inilah kaedah qur’aniyyah :
لَا وَلَاءَ إِلَّا بِالْبَرَاءَةِ مِنْ كُلِّ مَعْبُودٍ سِوَى اللهُ
Tidak ada al wala’ (loyalitas dan kecintaan) kecuali dengan al Bara’ ( membenci dan memusuhi serta berlepas diri) dari setiap apa yang diibadahi selain Allah
—————
Wallahu a’lam