الفتوى رقم: ٧٤٤
الصنف: فتاوى منهجية
في حكم إنشاء جمعيةٍ خيريةٍ دعويةٍ
Fatwa No. 744
Hal : Fatwa Dalam Masalah Manhaj
Tentang Hukum Mendirikan Organisasi Sosial dan Dakwah
Oleh Syekh Muhammad Ali Ferkous hafizhahullah
? السؤال:
ما حكمُ إنشاءِ جمعيةٍ هدفُها الدعوةُ إلى الكتاب والسُّنَّة على فهمِ سَلَفِ الأُمَّةِ والحفاظُ على العقيدة الصحيحة، مع العلمِ أنَّنا ـ في بلدنا المُجاوِر لبلدكم ـ لا يُسْمَحُ لنا بالاجتماع في الدُّور للدعوة أو طَلَبِ العلم؟ أَفْتونا بارك الله فيكم.
?PERTANYAAN :
Apa hukum mendirikan organisasi /yayasan yang bertujuan untuk berdakwah (menyeru) kepada Kitabullah dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman Salaful Ummah dan menjaga aqidah yang shahihah padahal kami mengetahui bahwa -di negeri kami yang berdekatan dengan negeri anda- tidak mengizinkan kami untuk berkumpul-kumpul dalam acara-acara dakwah dan untuk menuntut ilmu? Kami berharap fatwa dari anda.
? الجواب:
الحمد لله ربِّ العالمين، والصلاةُ والسلام على مَنْ أرسله الله رحمةً للعالمين، وعلى آله وصحبِه وإخوانِه إلى يوم الدِّين، أمَّا بعد:
فعمومُ الجمعياتِ مهما كانَتْ صفتُها إذا عُقِدَ عليها الولاءُ والبراءُ والحبُّ والعداءُ، أو اتَّخذَتْ أقوالَ قادتِها ومُسَيِّرِيهَا أصولًا بلا دليلٍ، أو كان مِنْ مَبادِئِها التسليمُ بآراءِ الجماعةِ وجَعْلُها قطعيَّةَ الثبوتِ غيرَ قابلةٍ للنقاش أو النقد، ونحو هذه المعاني؛
فهي ـ بهذا الاعتبارِ ـ جمعيةٌ حزبيةٌ ولو وُسِمَتْ باسْمِ الإسلام؛ فهي مُشاقَّةٌ ومُحادَّةٌ لله ولرسوله صلَّى الله عليه وسلَّم؛ لأنَّ محورَ الولاءِ والبراءِ هو الإيمانُ بالله ورسوله صلَّى الله عليه وسلَّم، قال تعالى: ﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ ١﴾ [الحُجُرات]، وقال تعالى: ﴿لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٢٢﴾ [المجادلة]؛
فالتجمُّعُ الحزبيُّ مَقيتٌ فَرَّقَ الأمَّةَ شِيَعًا وأحزابًا، وما زادها إلَّا خبالًا على مَرِّ العصورِ وَكَرِّ الدُّهور؛ فإنَّ الدِّين أَمَرَنا بالاجتماعِ على عقيدةِ التوحيد وعلى مُتابَعةِ الرسول صلَّى الله عليه وسلَّم، قال تعالى: ﴿وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْ﴾ [آل عمران: ١٠٣]، وقال تعالى: ﴿إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ﴾ [الأنعام: ١٥٩].
وإذا كان التجمُّعُ الحزبيُّ لا يجوز فإنه لا يُمْنَعُ مِنَ التعاون الشرعيِّ الأخويِّ المبنيِّ على البرِّ والتقوى والمُنْضَبِطِ بالكتاب والسُّنَّة؛ لقوله تعالى: ﴿وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ﴾ [المائدة: ٢]،
ويدخل تحت عمومِ التعاون الشرعيِّ ما يقوم به الحاكمُ مِنْ تنظيمِ المسلمين في شكلِ هيئاتٍ رسميةٍ كالوزارات والمؤسَّسات والجمعيات التي لا تحمل الطابعَ الحزبيَّ أو العصبيَّ، على اختلافِ مَهَامِّها وأعمالِهَا المشروعةِ ممَّا يخصُّ الحياةَ الدينية والدنيوية، كالمؤسَّسات والجمعيات ذاتِ الطابع المهنيِّ أو الخيريِّ، ونحوِ ذلك ممَّا لا يُنافي شريعةَ الإسلامِ وأخلاقَها وآدابَها، ولا يَتعارَضُ مع مَقاصِدِها ومَراميها؛ فهذا كُلُّه لا تَتناوَلُه النصوصُ التي تَذُمُّ الخروجَ عن وَحْدَةِ الأُمَّةِ التي أُمِرَتْ أَنْ تكون واحدةً، قال تعالى: ﴿وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱتَّقُونِ ٥٢﴾ [المؤمنون].
وعليه، فإنَّ مَجالَ التعاونِ الأخويِّ المُنْضَبِطِ بالشرع المبنيِّ على البرِّ والتقوى مشروعٌ ومطلوبٌ، وما عداهُ فمذمومٌ ومردودٌ.
والعلم عند الله تعالى، وآخِرُ دعوانا أنِ الحمدُ لله ربِّ العالمين، وصلَّى الله على نبيِّنا محمَّدٍ وعلى آله وصحبِه وإخوانِه إلى يوم الدِّين، وسلَّم تسليمًا.
?JAWABAN:
الحمد لله ربِّ العالمين، والصلاةُ والسلام على مَنْ أرسله الله رحمةً للعالمين، وعلى آله وصحبِه وإخوانِه إلى يوم الدِّين، أمَّا بعد:
Seluruh organisasi-organisasi bagaimanapun sifat organisasi tersebut, apabila diatas organisasi tersebut dibangun wala’ wal bara’ (loyalitas dan sikap berlepas diri) kecintaan dan kebencian atau menjadikan perkataan-perkataan pimpinannya dan orang-orang yg menjalankan organisasi tersebut sebagai sebuah prinsip (yang harus dita’ati_pent) tanpa (didasari ) dalil,
atau organisasi itu berprinsip :
” menerima pendapat komunitas organisasi dan menjadikannya sebagai aturan tetap yang mesti dita’ati tanpa boleh didebat dan dikritik lagi (seolah-olah ia adalah nash syar’i_pent). “
atau yang semisal dengan hal-hal tersebut.
Maka berarti organisasi tersebut -berdasarkan hal diatas- adalah organisasi hizbiyyah meskipun dinamakan dengan nama Islam, dan berarti organisasi itu telah menyelisihi dan menentang Allah dan Rasul-Nya, karena poros dari wala’ wal bara’ itu sendiri adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam .
Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
-(Surat Al-Hujurat ayat 1)-
dan juga Allah Ta’ala berfirman :
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
-(Surat Al-Mujadilah ayat 22)–
Karena itu perkumpulan hizbiy merupakan sesuatu yang dibenci dan tercela karena memecah belah umat menjadi berkelompok-kelompok dan bergolong-golongan dan perkumpulan hizbiy ini tidaklah menambahkan kepada umat ini kecuali kerusakan sepanjang umur dan masa
Karena itu (ketahuilah bahwa ) sesungguhnya agama (Islam) memerintahkan kita untuk bersatu diatas aqidah tauhid dan sikap ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…. “
-(Surat Ali-Imran ayat 103)-
dan Allah Ta’ala juga berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka”
–(Surat Al-An’am ayat 159)–
Maka jika perkumpulan hizbiy ini tidak dibolehkan namun tidak menghalangi untuk mengadakan kerjasama syar’i yg bersifat ukhuwah yang dibangun di atas kebaikan dan taqwa yang tunduk kepada aturan Kitabullah dan As-Sunnah karena Allah Ta’ala berfirman :
“…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…)
-(Surat Al-Maidah ayat 2)-
Dan termasuk dibawah keumuman kerjasama syar’i yaitu : program-program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur (kemaslahatan) kaum muslimin berupa badan-badan resmi (pemerintahan) seperti : kementerian, lembaga-lembaga dan asosiasi-asosiasi yang tidak mengandung unsur hizbiy dan fanatisme berdasarkan perbedaan fungsi dan kegiatannya yang telah disahkan baik yang khusus perkara kehidupan beragama ataupun kehidupan dunia, seperti lembaga – lembaga ataupun organisasi-organisasi yang bersifat profesional dan sosial dan sejenis dengan itu , yang tidak bertentangan dengan hukum Islam, akhlak dan adab-adabnya dan tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan.
Maka ini semua (tidaklah termasuk kedalam larangan yg disebutkan) oleh nash-nash yang mencela sikap keluar dari kesatuan umat , yang mana umat ini diperintah untuk menjadi (umat yang ) satu. Allah Ta’ala berfirman :
” Sesungguhnya ummat ini, adalah ummat kamu semua, ummat yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.”
-(Surat Al-Mu’minun ayat 52)–
Dengan demikian, bidang kerjasama yang bersifat persaudaraan yang tunduk kepada aturan syariat yang berdasarkan kebaikan dan ketaqwaan adalah sesuatu diperintah dan diperlukan.
Dan yang selain itu maka merupakan perkara yang tercela dan tertolak. Dan ilmu hanya disisi Allah.
Akhir do’a kita :
الحمدُ لله ربِّ العالمين، وصلَّى الله على نبيِّنا محمَّدٍ وعلى آله وصحبِه وإخوانِه إلى يوم الدِّين، وسلَّم تسليمًا.
الجزائر في: ٢٢ رجب ١٤٢٨ﻫ
الموافق ﻟ: ٦ أغسطس ٢٠٠٧م
Al-Jazair 22 Rajab 1428 H
bertepatan dengan 6 Agustus 2007 M