Bismillah. Afwan tadz apa hukumnya bermakmum di belakang imam yang cacat fisiknya?, sholatnya sambil duduk tidak bisa berdiri. Apakah makmum harus sholat duduk juga?, disamping ada juga imam lainnya yang bagus fisiknya tapi kurang bagus bacaannya. Imam yg cacat ini bacaannya bagus.
Jawaban secara ringkas
1- Hendaklah tidak maju menjadi Imam kecuali orang yang lengkap anggota tubuhnya, ini lebih selamat dan keluar dari khilaf, karena dalam pendapat Abu Hanifah, Syafi’iyah dan sebagian Malikiyah tidak sah sholat makmum yang duduk dibelakang imam yang duduk padahal mereka mampu untuk berdiri.
2- Jika seorang yang menjadi Imam tetap, menimpanya penyakit atau ‘udzur kelemahan, maka hendaklah ia meminta orang lain untuk menggantikannya sebagai Imam.
Berkata Imam An Nawawi rahimahullah :
قال الشافعي والأصحاب: يستحب للإمام إذا لم يستطع القيام استخلاف من يصلي بالجماعة قائماً, كما استخلف النبي صلى الله عليه وسلم ، ولأن فيه خروجاً من خلاف من منع الاقتداء بالقاعد ; لأن القائم أكمل وأقرب إلى إكمال هيئات الصلاة..”
Berkata Imam Asy Syafi’i dan para shahabatnya: Dianjurkan bagi imam jika ia tidak mampu berdiri agar mencari pengganti orang lain yang mampu berdiri untuk menjadi imam bagi jama’ah, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari pengganti (ketika beliau sakit) karena dalam hal ini solusi keluar dari khilaf karena adanya pendapat yang melarang makmum untuk duduk sebab sholat dengan berdiri lebih sempurna dan lebih dekat kepada kesempurnaan tata cara sholat.
________
Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab 4/162
3- Jika Imam sholat dalam keadaan duduk dari awal sholat karena ‘udzur, maka makmum juga sholat dalam keadaan duduk, dan jika ia mulai sholat dalam keadaan berdiri, lalu ditengah sholat ia duduk disebabkan adanya ‘udzur maka makmum tetap berdiri .
Ini merupakan pendapat yang memadukan dua riwayat berikut :
Pertama, riwayat dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ائْتَمُّوا بِأَئِمَّتِكُمْ إِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا وَإِنْ صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا
Ikutilah imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk’.”
______
Shahih Muslim 413
Kedua, riwayat dari ‘Aisyiyah radhiyallahu ‘anha dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sakit menjelang wafatnya, beliau memerintahkan shahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu untuk mengimami kaum muslimin dalam sholat :
مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ قَالَتْ فَأَمَرُوا أَبَا بَكْرٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ قَالَتْ فَلَمَّا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ وَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً فَقَامَ يُهَادَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ وَرِجْلَاهُ تَخُطَّانِ فِي الْأَرْضِ قَالَتْ فَلَمَّا دَخَلَ الْمَسْجِدَ سَمِعَ أَبُو بَكْرٍ حِسَّهُ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُمْ مَكَانَكَ فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِالنَّاسِ جَالِسًا وَأَبُو بَكْرٍ قَائِمًا يَقْتَدِي أَبُو بَكْرٍ بِصَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَقْتَدِي النَّاسُ بِصَلَاةِ أَبِي بَكْرٍ
(Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) :”Perintahkanlah Abu Bakar agar shalat mengimami manusia”.’ Maka Aisyahpun berkata, “Kalian perintahkanlah Abu Bakar agar shalat mengimami manusia.” Aisyah berkata lagi, “Ketika dia telah masuk shalat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati sedikit rasa ringan pada dirinya, maka beliau berdiri dengan dipapah di antara dua orang laki-laki, sedangkan kedua kakinya sulit untuk melangkah di tanah.” Aisyah berkata, “Ketika beliau masuk masjid, maka Abu Bakar mendengar langkahnya, maka dia mulai mundur, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan isyarat kepadanya, ‘Berdirilah di tempatmu.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang hingga duduk di samping kiri Abu Bakar.” Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat mengimami manusia dengan cara duduk, sedangkan Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti shalat Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, sedangkan orang-orang mengikuti shalat Abu Bakar.”
_______
Shahih Muslim 418
4- Imam yang dimaksud adalah imam tetap yang ditugaskan dan digaji, dan jika ia bukan Imam yang tetap yang ditugaskan untuk menjadi Imam, maka ia tidak boleh dijadikan Imam, jika ia sholat dalam keadaan duduk dari awal.
Inilah pendapat yang disebutkan oleh Syaikh bin Baaz rahimahullah dalam fatwa beliau :
إذا صلى قاعدًا وهو إمام الحي صلوا قعودًا. أما إن كان ما هو بإمام الحي لا يصلي بهم، يصلي بهم رجل واقف، لكن إمام الحي الإمام الراتب إذا صلى جالسًا صلوا خلفه جلوسًا أجمعين
Jika imam sholat dalam keadaan duduk dan ia adalah imam tetap di lingkungan tersebut maka jamaah sholat dalam keadaan duduk. Adapun jika ia bukan imam setempat maka tidak boleh ia mengimami jamaah, hendaknya yang mengimami mereka imam yang mampu berdiri, akan tetapi imam setempat yang digaji jika ia sholat dalam keadaan duduk maka makmum sholat dalam keadaan duduk pula semuanya dibelakang Imam tersebut .
Adapun terkait bacaan, jika tidak sampai pada kesalahan fatal yang merubah makna, hanya berbeda tingkat kefasihan saja maka tetap Imam yang mampu berdiri lebih didahulukan, jika disitu tidak ada Imam Ratib.
Wallahu A’lam
Billahit Taufiq wal Hidayah
Dijawab oleh Ustadz Robby Kader Abu Rofiq Hafidzahullah