(Intisari Kajian di Markaz Dakwah Sunnah Darul Atsar Batusangkar 11 Jumadil Awal 1442 H /26 Desember 2020 M)
MUQADDIMAH:
الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah Ta’ala ..
Mengetahui dan berilmu tentang hakikat sesuatu adalah merupakan perkara yang penting dan merupakan sebuah cara yang dengannya seseorang bisa menentukan sikap yang benar terhadap sesuatu tersebut. Sebagaimana orang yang mengetahui hakikat bahaya seekor ular, maka tentu ia akan sangat hati-hati dan berusaha menjauh dari ular tersebut, demikian pula orang yang mengetahui hakikat nilai sebuah permata maka tentu ia akan berusaha pula mendapatkannya dan menjaganya. Seperti itulah kira-kira pentingnya mengetahui hakikat kehidupan dunia serta tipuannya dan hakikat kehidupan akhirat serta kenikmatannya yang kekal.
Seseorang yang tidak mengenal tentang hakikat segala keindahan dan kenikmatan dunia ini, bahwa ia adalah sesuatu yang fana penuh dengan tipuan yang membahayakan, maka dipastikan orang tersebut akan terperosok kedalam bahaya yang terkandung didalam tipu dayanya. Karena itulah Allah Ta’ala sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman telah menyebutkan dalam banyak ayat tentang hakikat kehidupan dunia ini dan mengingatkan kita tentang bahaya tipu dayanya :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Dan tidaklah kehidupan dunia ini kecuali kesenangan yang menipu”
___________________
Surat Ali Imran: 185
Pengetahuan tentang hal ini adalah pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi seorang mu’min agar ia senantiasa dalam kewaspadaan dan tidak lupa terhadap tujuan hidup yang sesungguhnya, bahwa Allah menciptakannya untuk beribadah kepada-Nya, bukan untuk mengabdi kepada dunia. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
_________________
Surat Adz Dzariyat : 56
DEFINISI DUNIA:
Sebagian ‘ulama berpendapat bahwa kata “dunya” berasal dari “الدنو” yang bermakna: القرب, السفل والخسة (dekat,rendah dan hina) dan disebutkan oleh Ibnu Manzhur :
اسمٌ لِهَذِهِ الحَياةِ لبُعْدِ الْآخِرَةِ عَنْها، وَالسَّمَاءُ الدُّنْيا لقُرْبها مِنْ ساكِني الأَرْضِ.
Dunya adalah: “Nama untuk kehidupan ini karena jauhnya akhirat dari dunia itu, dan langit dunia –dinamakan seperti itu– karena dekatnya dengan penghuni bumi ini”
_________________
Lisanul ‘Arab 14/273
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Dan sungguh telah kami hiasi langit dunia ini dengan pelita-pelita”
___________________
(Surat Al Mulk: 5)
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
“Apakah kalian ingin menjadikan sesuatu yang lebih rendah sebagai pengganti sesuatu yang jelas lebih baik ?”
_____________________
(Surat Al Baqarah: 61)
Dan jika dikatakan: إذا أكلتم فدنَّوا (jika kalian makan, maka mendekatlah) maknanya adalah : كُلُوا مِمَّا يَلِيكُمْ مِمَّا يَدْنُو مِنْكُمْ (makanlah apa-apa yang dekat dengan kalian).
HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA DALAM AL QUR’AN
Allah Subhanahu wa Ta’aala telah memberikan dalam Al Qur’an perumpamaan tentang hakikat kehidupan dunia ini dari sisi kefanaannya, dan dari sisi alangkah cepatnya ia berlalu dan sementaranya kehidupannya, dan segeranya lenyap segala kenikmatannya, sebagaimana firman-Nya :
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
“Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”
______________________
Surat Al Kahfi: 45
Dunia dengan seluruh kemegahannya ini, hanyalah sesuatu yang pasti akan berakhir kelezatannya, akan habis kenikmatannya, dan akan lenyap keindahannya dan bahwa ia hanyalah seperti tumbuh-tumbuhan atau bunga yang hari ini menakjubkan kita, tatkala kita lihat hijau ranaunya dan mekarnya bunganya, namun tiba-tiba tanpa kita sadari beberapa hari setelah itu ternyata ia pun menjadi layu dan kering, kemudian rontok lalu tercerai berai diterbangkan angin.
Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala juga menjelaskan tentang hakikat kehidupan dunia ini:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”
___________________
Surat al Hadid ayat: 20
Inilah hakikat kehidupan dunia, bahwa ia tidak lebih dari 5 bentuk hakikat ini:
- لَعِبٌ : yakni permainan dan sesuatu yang bathil tidak menghasilkan manfaat apapun untuk akhirat seseorang (بَاطِلٌ لَا حَاصِلَ لَهُ).
Ketika kehidupan seseorang didunia ini hanyalah untuk mendapatkan dunia dan segala kenikmatannya, maka ia hakikatnya adalah orang yang kalah dalam permainan dunia ini, sehingga jadilah dunia itu bukan sebagai ladang baginya agar ia bisa memetik hasilnya pada kehidupan akhirat, bahkan jadilah kehidupan dunianya tidak membawa manfaat sedikitpun untuk kehidupan akhiratnya karena dunia tidak ia pergunakan sebagai ladang amal untuk kehidupan akhiratnya.
- لَهْوٌ : yakni kegembiraan yang pasti akan berakhir (فَرَحٌ ثُمَّ يَنْقَضِي)
Hakikat kegembiraan manusia didunia ini hanyalah seumpama kegembiraan mereka tatkala bercanda dan bersenda gurau sesama mereka, dimana hal itu pasti akan ada kesudahannya dan akan segera berakhir.
- زِينَةٌ : yakni perhiasan dimana berhias seseorang dengannya untuk memperindah diri agar tampak indah dalam pandangan manusia lain (منظر يتزينون بِهِ)
Akan tetapi ini adalah perhiasan yang pasti akan pudar kemilaunya dan akan luntur keindahannya. Ia bukanlah perhiasan abadi yang layak untuk dibanggakan
- تَفاخُرٌ بَيْنَكُمْ : yakni saling berbangga dengan dunia itu antara sesama manusia (يَفْخَرُ بِهِ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ)
Bagaimana bisa terjadi hal ini, yakni saling berbangga dengan kenikmatan dunia yang didapat jika telah diketahui hakikatnya bahwa ia adalah sesuatu yang akan segera lenyap segala kenikmatannya? dan bahwa ia adalah sesuatu yang pasti akan pudar kemilaunya dan akan luntur keindahannya? Bagaimana seseorang bisa berbangga dengan sesuatu yang pasti akan lenyap? Tidaklah kebanggaan ini datang kecuali karena memang seseorang itu tidak mengenal hakikatnya.
- تَكاثُرٌ فِي الْأَمْوالِ وَالْأَوْلادِ : yakni perlombaan dan persaingan untuk saling memperbanyak harta dan anak-anak (مُبَاهَاةٌ بِكَثْرَةِ الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ)
Harta dan anak-anak adalah sesuatu yang menjadi kebanggaan seseorang terhadap orang lain, karena itulah umumnya ketika seseorang bertemu dengan temannya tidaklah yang mereka tanyakan kecuali dua hal ini, yaitu: harta dan anak-anak. Ia akan menanyakan: “Bagaimana bisnismu, usahamu atau perkembangan investasimu?” “Bagaimana anak-anakmu, pekerjaannya, kuliahnya?” Demikianlah.
Berlomba dalam memperbanyak harta telah melalaikan manusia dari mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang lebih kekal, yakni kehidupan akhirat. Allah Ta’ala berfirman :
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ * حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
“Memperbanyak kenikmatan dunia telah melalaikan kalian (dari akhirat) – Sehingga kalian masuk kedalam kubur”
شَغَلَكُمْ حُبُّ الدُّنْيَا وَنَعِيمُهَا وَزَهْرَتُهَا عَنْ طَلَبِ الْآخِرَةِ وَابْتِغَائِهَا، وَتَمَادَى بِكُمْ ذَلِكَ حَتَّى جَاءَكُمُ الْمَوْتُ وَزُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
“Kecintaan kepada dunia dan kenikmatannya dan keindahannya telah menyibukkan kalian dari mencari perbekalan untuk akhirat, bahkan kalian melampaui batas dalam hal itu sampai kematian dating kepada kalian dan masuk kalian ke dalam kubur”
__________________________
Tafsir Ibnu Katsir