Fenomena yang sedang menjadi tren hari ini adalah banyak para orang tua yang mengasah kemampuan anaknya dalam bidang bidang tertentu untuk tujuan agar ia bisa mengorbitkan anaknya sehingga anaknya menjadi terkenal.
Demikian juga, sebagian pendidik merasa senang jika anak didiknya menjadi orang yang terkenal, masuk tivi dan sebagainya.
Bahkan ada yang membuat pondok khusus mengasah kemampuan anak-anak didiknya dengan cara yang terkadang ghuluw dan ekstrim dalam bidang hafal menghafal, hanya untuk tujuan yang rendah, yakni melahirkan juara juara dalam lomba ini dan itu, masuk tivi lalu kemudian terkenal.
Kemunculan anak-anak kecil di media menunjukkan kemampuannya merupakan fenomena yang kurang baik.
Jika ini sebuah tujuan, maka ini merupakan tujuan yang salah, dan jika dinisbahkan kepada anak-anak tersebut ,maka hal ini buruk pengaruhnya terhadap si anak
Sebagian ahli hikmah pernah berkata :
( من تصدر وهو صغير فاته علم كثير )
“Siapa yang suka tampil menonjolkan diri padahal ia adalah orang yang kecil (ilmu ataupun umurnya) maka akan luput darinya banyak ilmu”
Berkata Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah :
ﻗﺎﻝ ﻟﻲ ﺳﻔﻴﺎﻥ : ﺇﻳﺎﻙ ﻭﺍﻟﺸﻬﺮﺓ،ﻓﻤﺎ ﺃﺗﻴﺖ ﺃﺣﺪﺍ ﺇﻻ ﻭﻗﺪ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻬﺮﺓ
Telah berpesan kepadaku Sufyan (At-Tsauri):
“Waspadalah engkau daripada Syuhrah (Popularitas), kerana tidaklah aku mendatangi seorang pun (dari kalangan Tabi’in) melainkan mereka telah melarang daripada Syuhrah (Popularitas).”
_________
( Siyar `Alam An-Nubala’ 7/260 )-
Karena itu, selayaknyalah kita sedari dini menanamkan pentingnya keikhlasan kepada anak-anak kita ,sehingga tertanam prinsip keikhlasan ini didalam jiwa mereka.
Berkata para ahli pendidikan :
ﺗﻜﻮﻳﻦ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻐﺮ ﺃﻳﺴﺮ ﺑﻜﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﻜﻮﻳﻨﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺒﺮ
“Membentuk kebiasaan diwaktu kecil itu jauh lebih mudah dari pada membentuknya diwaktu telah dewasa”
ﻗَﻠْﺐُ ﺍﻟﺤَﺪَﺙِ ﻛﺎﻷﺭﺽِ ﺍﻟﺨَﺎﻟِﻴَﺔ ، ﻣَﺎ ﺃُﻟﻘِﻲَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻲﺀٍ ﻗَﺒﻠَﺘْﻪُ
“Jiwa anak kecil itu seperti tanah yang kosong, apa saja yang dilemparkan padanya akan ia terima”
Ini menunjukkan bahwa, jika keikhlasan menjadi prinsip yang diajarkan kepada mereka, maka akan tumbuhlah prinsip ini dalam hati mereka.
Namun jika sebaliknya, yang ditanamkan adalah cinta popularitas maka akan terdidik pulalah jiwa mereka untuk ini, tumbuhlah ujub dan akhlak buruk lainnya.
Alangkah meruginya seseorang, yang bersusah payah mendidik anaknya untuk hafal Al Qur’an 30 juz namun hanya untuk tujuan menang lomba dan terkenal..!
Perkara ini termasuk yang layak direnungkan oleh para pendiri pondok tahfizh, untuk apa ia membuat dan mendirikan nya, apakah hanya sekedar mencari pujian manusia dan keterkenalan..?!
Dan hendaklah hadits berikut ini menjadi renungan bagi kita :
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ، وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ، فَعَرَفَهَا، قَالَ : فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ : تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ : كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ : عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ : هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ، فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Dan seorang laki-laki yang mempelajari ilmu, dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an, kemudian orang tersebut didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya kenikmatannya, maka iapun mengetahuinya.
Allah berfirman kepadanya:” Apakah yang telah engkau perbuat pada kenikmatan itu?”
Orang tersebut menjawab: ” Saya mempelajari ilmu, dan mengajarkannya serta karena-Mu saya membaca Al Qur’an.
Allah berfirman: “Engkau dusta, akan tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan “Ia adalah orang yang alim“, dan engkau membaca Al Qur’an agar dikatakan “Ia adalah orang yang ahli membaca Al Qur’an “dan sungguh telah dikatakanlah hal itu.
Kemudian orang tersebut diperintahkan untuk dibawa pergi lalu diseret wajahnya hinggi dicampakkan ke Neraka. “
______________________
HR. Muslim no. 1905
Dan juga penting kita camkan nasehat yang diberikan oleh Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid hafizhahullah bagi orang-orang yang senang memunculkan anak-anaknya di depan umum atau media massa karena kebagusan suaranya atau banyaknya hafalannya dan sebagainya sehingga akhirnya sang anak menjadi terkenal di sisi manusia..
Terjemahannya kira-kira begini :
Pertanyaan :
ﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻤﺜﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻔﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺃﻥ ﻳﺆﻡ ﺑﻨﺎﺱ ﺃﻛﺒﺮ ﻣﻨﻪ ، ﻭﻳﺨﻄﺐ ﺑﻬﻢ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ؟
Apakah boleh bagi anak yang belum baligh seperti ini (yang memiliki kemampuan) untuk mengimami orang-orang yang lebih besar darinya dan menyampaikan khutbah..?
Jawab :
ﺍﻟﺬﻱ ﻧﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻧﻨﺼﺤﻜﻢ ﺑﻪ ﺃﺧﻴﺮﺍ : ﺃﻻ ﺗﺘﻌﺠﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺃﻣﺮ ﺻﺒﻴﻜﻢ ﻫﺬﺍ ، ﻭﺗﺴﺎﺭﻋﻮﺍ ﺑﻈﻬﻮﺭﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻀﺎﺋﻴﺎﺕ ، ﺃﻭ ﺗﺼﺪﻳﺮﻩ ﻟﻺﻣﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺨﻄﺒﺔ ، ﻭﻫﻮ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺴﻦ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ ، ﺑﻞ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺨﻔﻰ ﺃﻣﺮﻩ ، ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ ، ﻭﻳﺸﻐﻞ ﺑﺘﻌﻠﻴﻤﻪ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺃﻫﻢ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﻓﻊ ، ﻭﺗﺄﺩﻳﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ، ﻭﺃﻥ ﺗﻌﻬﺪﻭﺍ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﻌﻘﻼﺀ ﺍﻟﻔﺎﻫﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻭ ﻃﻼﺑﻪ ، ﻓﻴﻌﺘﻨﻲ ﺑﺘﺤﻔﻴﻈﻪ ﺍﻟﺴﻨﺔ ، ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺸﻴﺌﺎ ، ﻭﻳﺮﺑﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺍﻟﻌﻠﻤﻲ ﺍﻟﻤﻼﺋﻢ ﻟﻨﺒﻮﻏﻪ .
ﻭﻟﻴﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺧﻄﺮ ﺍﻻﺳﺘﻌﺠﺎﻝ ﻓﻲ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺼﺒﻲ ، ﻭﺍﻻﺳﺘﻌﺠﺎﻝ ﻓﻲ ﺷﻬﺮﺗﻪ ﻛﺒﻴﺮ ؛ ﻓﺎﻟﺤﺴﺪ ﺑﻼﺀ ﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﺃﺛﺮﻩ ، ﻭﺗﺮﺑﻴﺔ ﺍﻻﺑﻦ ﻋﻠﻰ ﺣﺐ ﺍﻟﻈﻬﻮﺭ ﻭﺍﻟﺘﺼﺪﺭ ﺑﺎﺏ ﻓﺴﺎﺩ ﻳﺨﺸﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻨﻪ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ؛ ﻭﻛﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺒﻴﺎﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺴﻦ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻮﻍ ﻛﺒﻴﺮ ، ﺛﻢ ﻟﻢ ﻳﺤﺴﻦ ﺃﻫﻠﻮﻫﻢ ﺗﺮﺑﻴﺘﻬﻢ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺔ ، ﻓﻠﻢ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺸﻲﺀ ؛ ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﻟﺴﻼﻣﺔ .
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ
“Nasehat yang ingin kami berikan kepada anda diakhir fatwa ini :
Janganlah engkau tergesa-gesa dalam perkara anakmu ini dan tergesa-gesa ingin memunculkannya disaluran-saluran televisi serta mengorbitkannya untuk menjadi Imam dan khatib dalam keadaan umurnya yang masih kecil.
Namun selayak disembunyikan perkaranya (kemampuan) ini semampu yang engkau bisa dan selayaknya menyibukkan diri dengan mengajarkannya ilmu yang bermanfaat yang lebih penting dari perkara tadi serta mendidiknya untuk beramal shalih dan menyerahkannya untuk dididik kepada ahlul ilmi yang bijak dan memiliki pemahaman atau kepada murid-murid mereka sehingga guru itu bisa lebih mengarahkanya untuk lebih mengutamakan menghafal sunnah sedikit demi sedikit dan mendidiknya diatas manhaj ilmu yang sesuai dengan bakat/kelebihannya tadi.
Dan hendaklah diketahui bahwa tergesa-gesa dalam memunculkan anak dan membuatnya terkenal terdapat bahaya yang besar.
Kedengkian merupakan bala’ yang tidak tersembunyi lagi dampak (negatif) nya. Kemudian mengajari anak agar cinta popularitas dan keterkenalan merupakan pintu kerusakan yang dikhawatirkan dampak buruknya atas anak tersebut setelah ia jadi terkenal.
Betapa banyak anak-anak dalam umur seperti ini yang memiliki bakat/kemampuan yang besar namun keluarga mereka tidak pandai dalam mendidik mereka diatas pendidikan yang baik, sehingga tidak didapatkan manfaat dari mereka sedikitpun .
Kami memohon kepada Allah Al’afiyah dan keselamatan.
Wallahu a’lam ”
_____________________________________
https://islamqa.info/ar/answers/155061/الصبي-اذا-لم-يبلغ-الحلم-هل-يصح-ان-يكون-اماما-في-الصلاة
Kaum Muslimin..
Kita mendirikan pondok tahfizh dan mendidik anak-anak kita bukan agar mereka terkenal dan muncul di TV, menang dalam lomba dan diundang ke sana kemari dan agar kita bisa mendompleng popularitas mereka.. Tidak…!!
Tapi agar mereka mengambil petunjuk dari Al Qur’an dan berpegang dengan sunnah serta menjadi pembela Islam agama Allah yang mulia ini..
Billahit Taufik wal Hidayah